GEREJA SEBAGAI RUANG PERJUMPAAN YANG MEMULIHKAN
Dipublikasikan pada 29 Mei 2022
3 min baca

Bacaan: Mazmur 55:1-24

“Membangun jauh lebih sulit daripada menghancurkan.”

Kalau kita lihat bagaimana orang menghancurkan bangunan saat demonstrasi terjadi, merusak pagar, membakar, tidak perlu pengetahuan yang tinggi, sangat mudah untuk merusak. Tetapi untuk membangun sesuatu perlu kecakapan, perlu pengetahuan yang tinggi, dan jauh lebih sutit membangun daripada menghancurkan. Membangun sebuah tempat usaha misalnya, jauh lebih sulit daripada menutup tempat usaha. Apalagi saat pandemi, lebih banyak tempat usaha yang tutup walaupun ada beberapa usaha baru bermunculan.

Demikian juga dengan membangun sebuah relasi, jauh lebih sulit daripada menghancurkannya. Seseorang dengan mudah dapat mengucapkan kata-kata kasar untuk menghancurkan kehidupan orang lain, namun untuk membangunnya kembali tidak mudah, butuh pemulihan.

Daud, yang dikisahkan dalam Mazmur 55 sedang mengalami kecemasan, gelisah, takut menghadapi pemberontakan anaknya yang mengambil alih paksa kerajaan. Daud berada dalam keadaan dimana relasinya hancur, dan dia hidup dalam pelarian untuk keluar dari tekanan hidup. Daud, sekalipun raja Israel, yang telah membangun kehidupannya dalam proses yang sangat panjang, saat itu mengalami kenyataan bahwa apa yang sudah dibangunnya dengan jerih payah hancur dalam sekejap. Hal yang sama mungkin dialami banyak gereja dengan kemapanannya menjalani pelayanan sebelum pandemi, tiba-tiba terguncang dengan pandemi yang berkepanjangan. Hal itu merubah banyak hal, dan mempengaruhi apa yang terjadi saat ini.

Saat ini gereja diperhadapkan dengan situasi yang tidak mudah. Di satu sisi kita patut bersyukur karena kondisi pandemi yang semakin terkendali dan roda kehidupan kembali berputar, termasuk kehidupan bergereja. Peran gereja sebagai ruang perjumpaan yang memulihkan sangat penting dikerjakan. Ada banyak hal yang sudah terjadi selama 2 tahun pandemi terhadap kehidupan jemaat. Ada trauma yang perlu dipulihkan, ada duka kehilangan yang terus membayangi, ada kekosongan spiritual yang perlu dipenuhi, ada kondisi keuangan yang tidak kunjung membaik, ada relasi antar anggota keluarga yang perlu dipersatukan kembali, ada banyak hal yang perlu dipulihkan.

Membangun kembali ruang perjumpaan yang memulihkan itu tidak mudah. Rasa nyaman, ketakutan, pesimistis akan terus membayangi kita. Namun, Daud telah memberi pelajaran berharga bahwa penyerahan total kepada pemeliharaan dan tindakan Tuhan adalah kunci untuk pemulihan terjadi, untuk melepaskan diri dari ketakutan yang dihadapi. Jemaat diajak untuk kembali percaya pada pemeliharaan Allah dan berdamai dengan keadaan.

“Serahkanlah kuatirmu kepada Tuhan, maka Ia akan memelihata engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkanNya orang benar itu goyah.” (Mazmur 55:23)

Bagikan
Artikel Lainnya
Lihat Artikel Lainnya
19 Orang Membaca