KELUARGA HIDUP INDAH: BERGUMUL UNTUK BERDAMAI
Dipublikasikan pada 16 Oktober 2022
4 min baca

Bacaan: KEJADIAN 32: 22-31

Yakub merupakan salah satu tokoh Alkitab populer. Pada umumnya, kita sangat mengenal latar belakang kehidupannya. Bagaimana Yakub mengambil hak kesulungan Esau hanya karena Esau menginginkan kacang merah buatan Yakub. Kemudian Yakub mendapatkan berkat dari ayahnya Ishak sebagai anak sulung yang seharusnya diterima oleh Esau. Oleh sebab peristiwa ini, Yakub lari ke padang Aram karena Esau menaruh dendam atas Yakub. Kejadian ini memperlihatkan bahwa pergulatan atau pergumulan merupakan bagian dari perjalanan hidup setiap orang atau setiap keluarga. Menjalani kehidupan bersama Tuhan tidak membuat keluarga bebas dari pergumulan. Yakub dan Esau adalah anak kembar dari Ishak. Mereka satu keluarga, namun mereka menghadapi pergumulan hidup.

Di tengah konteks latar belakang inilah Kejadian 32:22-31 menuturkan kisah Yakub yang sedang menaati perintah Allah untuk meninggalkan Laban dan kembali ke tanah Kanaan, wilayah kediaman Esau. Yakub akan segera berjumpa dengan Esau, kakaknya yang menyimpan kemarahan kepadanya. Perjumpaan setelah konflik dua puluh (20) tahun tentu menjadi pertemuan yang mendebarkan dan menggelisahkan. Di satu pihak ada kerinduan sebagai saudara bersaudara yang tak saling berjumpa dalam kurun waktu yang sangat lama. Di lain sisi, ketakutan dan rasa bersalah menyelimuti Yakub yang telah melakukan kesalahan dan kecurangan kepada Esau. Peristiwa di masa lalu terus membayangi dan membawa rasa bersalah, rasa takut dalam perjalanan hidup. Pelarian harus berakhir namun mengakhirinya pun dipenuhi oleh kekuatiran dan kecemasan. Kita dapat membayangkan semua pergolakan yang dirasakan Yakub. Kerinduan bercampur dengan rasa takut dan cemas. Bagaimana Yakub melewati situasi genting ini?

Yakub bergumul untuk berdamai. Lihatlah cara Yakub “menjinakkan” Esau. Ia terlebih dahulu mengirimkan persembahan harta lalu para perempuan untuk menemui Esau. Yakub ada di urutan terakhir, ini tentu sebuah strategi untuk meredakan amarah Esau agar saat terjadi pertemuan dengan Yakub, amarahnya tidak lagi meluap dan rekonsiliasi dapat terwujud. Siapa tahu barang bawaan yang dibawanya akan meredakan amarahnya, atau siapa tahu Esau berbelas kasihan ketika melihat keluarganya. Semua adalah upaya Yakub agar pertemuan itu bukan menjadi pertempuran namun berakhir dengan perdamaian.

Kegelisahan Yakub ini tergambar pula dalam pergulatannya di sungai Yabok. Dikisahkan Yakub bergulat sampai fajar menyingsing, durasi yang amat panjang untuk menyelesaikan suatu pergulatan. Di sini diperlihatkan kesungguhan Yakub bergumul bersama Allah agar beroleh berkat yang dijanjikan dan Allah mengijinkannya menang tetapi pangkal pahanya dicederai sebgai peringatan. Hal ini menegaskan bahwa Yakub tidak boleh lagi mengandalkan kekuatan sendiri tetapi hidup bergantung kepada Allah.

Terbitnya fajar sebagai tanda pergulatan selesai sekaligus tanda kepastian dan harapan di dalam berkat Allah untuk memasuki babak kehidupan baru. Perjumpaan Yakub dan Esau menjadi perjumpaan cinta kasih kakak beradik yang telah bergumul untuk berdamai. Amin.

*Pdt. Setyahadi

Bagikan
Artikel Lainnya
Lihat Artikel Lainnya
15 Orang Membaca