ANUGERAH SEMPURNA
Dipublikasikan pada 25 Desember 2022
4 min baca

Bacaan: Lukas 2:15-20; Titus 3:4-7

Selamat Hari Natal…Selamat merayakan “Anugerah Sempurna” yang turun ke bumi: “Tetapi ketika nyata kemurahan Allah, Juruselamat kita, dan kasih-Nya kepada manusia…Dia telah menyelamatkan kita….bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya…yang sudah dilimpahkan-Nya kepada kita…supaya kita menerima hidup yang kekal, sesuai dengan pengharapan kita” (Titus 3:4-7). Untuk menegaskan aspek kebaikan Allah dalam proses ini, Paulus menggunakan frasa “yang Dia curahkan atas kita dengan limpahnya”. “Atas kita” (eph’ hemas) menyiratkan sumber, yaitu dari Allah atas kita. Kita di bawah, Allah di atas. Kata keterangan “limpahnya” (plousio) menunjukkan kuantitas yang besar, bukan sekadarnya, bukan secukupnya, tetapi benar-benar melimpah. Inilah anugerah sempurna yang turun dari sorga bagi kita.

Dalam terjemahan LAI:TB (Lembaga Alkitab Indonesia:Terjemahan Baru), tidak kurang dari 11 kali kata “baik” muncul dalam surat yang pendek ini (Titus 1:8, 15, 16; Titus 2:3, 5, 7, 14; Titus 3:1, 5, 8, 14). Tidak sukar untuk menemukan alasan dibalik nasihat yang diulang-ulang ini. Dari sisi kultural, jemaat tinggal di tengah-tengah orang Kreta yang terkenal tidak baik (1:12). Belum lagi mereka juga sedang diperhadapkan dengan orang-orang yang pengakuan iman dan perilakunya tidak sejalan (1:16). Apa yang mereka lakukan, baik ajaran maupun perilakunya sudah meresahkan jemaat (1:10-11). Itu sebabnya, surat ini sarat dengan nasihat untuk berbuat baik.

Paulus berkali-kali membicarakan tentang perbuatan baik. Para penatua harus menunjukkan kehidupan yang baik (1:5-9). Semua orang pun dituntut demikian sesuai dengan kategori mereka: orang-orang tua (2:2), para perempuan tua (2:3-5), orang-orang muda (2:6) maupun hamba (2:9-10). Tidak lupa Paulus juga menasihati Titus untuk menjadi teladan dalam perbuatan baik (2:7-8). Semua orang diperintahkan untuk menunjukkan ketaatan kepada para pemimpin mereka (3:1).

Perbuatan baik merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan Kristiani. Walaupun demikian, kita tidak boleh menempatkan nilai pentingnya secara berlebihan. Perbuatan baik bukanlah syarat keselamatan, bukan pula alasan atau dasar bagi keselamatan. Perbuatan baik merupakan ekspresi atas keselamatan yang dianugerahkan. Sebab itu, dalam teks Yunani, ayat 5 tidak dimulai dengan frasa “pada waktu Dia telah menyelamatkan kita”. Frasa ini baru muncul sesudah “bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan”. Peletakan semacam ini secara tata bahasa Yunani jelas menyiratkan penekanan. Penekanan yang bersifat membandingkan (lihat kata sambung “tetapi” di ayat 5b: “tetapi karena rahmat-Nya”). Ada perbuatan baik kita. Ada pula kemurahan Allah berupa rahmat-Nya. Yang menjadi alasan keselamatan keselamatan bukan yang pertama (kebaikan manusia, melainkan yang kedua (kebaikan Allah). Hal ini selaras dengan ayat 4 yang menjelaskan bahwa keselamatan terjadi Ketika kemurahan dan kebaikan Allah dinyatakan kepada kita.

Pada sisi lain, konteks kehidupan yang tidak baik dan banyaknya nasihat untuk berbuat baik menggambarakan bahwa sesungguhnya kehidupan manusia tidak baik-baik saja. Kita bukanlah orang yang kebeneren. Ini ditegaskan juga pada konteks momen Natal, bahwa pada waktu itu situasi di seputar Natal juga tidak baik. Para saksi Natal pun tidak dalam kondisi kehidupan yang baik-baik saja, para gembala dalam bacaan kita adalah salah satu contohnya. Pesan Natal dari semua ini sangat jelas. Seandainya perbuatan baik manusia sudah memadai sebagai landasan keselamatan, Allah tidak perlu memberikan rahmat-Nya. Fakta bahwa kita membutuhkan rahmat Allah untuk keselamatan membuktikan bahwa tidak ada seorang pun yang dapat menyelamatkan dirinya dari hukuman Allah melalui amal perbuatan baik. Hanya rahmat Allah yang menjadi pangkal selamat. Sebuah anugerah sempurna bagi kita! Bagikanlah kepada keluarga, gereja dan masyarakat. Amin.

Bagikan
Artikel Lainnya
Lihat Artikel Lainnya
21 Orang Membaca