MEMPERSAKSIKAN PENGALAMAN
Dipublikasikan pada 02 Februari 2023
2 min baca

Bacaan: Ulangan 4:1-14

“... jangan engkau melupakan hal-hal yang dilihat oleh matamu ...

Beritahukanlah kepada anak-anakmu ....” (Ul. 4:9)

Manusia dikaruniai akal budi oleh Tuhan. Akal budi memampukan manusia mengambil keputusan secara rasional. Masalahnya, karunia Allah itu tidak manusia gunakan untuk bersikap rasional. Karena sifatnya yang objektif, rasionalisme sering mengabaikan pengalaman yang bersifat subjektif. Namun, firman Tuhan berbicara lain.

Israel harus hidup seutuhnya saat memasuki negeri yang baru dengan gaya dan pola hidup baru. Pengalaman akan penyertaan TUHAN selama Israel berjalan di padang pasir menjadi bekal untuk tetap setia. Kesetiaan kepada TUHAN menjadi kebijaksanaan dan akal budi Israel dalam mengatur pemerintahan di negeri baru. Kelak, kebijaksanaan dan akal budi itu akan dilihat oleh bangsa sekitar mereka. Pada waktu itulah Israel mempersaksikan pengalaman mereka bersama Allah sehingga mereka menjadi bangsa besar seperti ini.

Panggilan setiap orang Kristen adalah memiliki kepribadian yang utuh sebagai kesaksian kepada dunia. Bukan dualisme yang memisahkan antara rasio dan pengalaman. Terbentuknya kebijaksanaan dan akal budi adalah hasil keutuhan rasio dan pengalaman. Seseorang berpribadi utuh dalam rasio dan pengalaman terlihat tidak mengunggulkan rasio, tetapi mengabaikan pengalaman, atau sebaliknya. Ia mengunggulkan keduanya karena rasio dan pengalaman adalah karunia Tuhan. Persaksikanlah kemuliaan Tuhan melalui rasio dan pengalaman.

DOA:

Ajar kami untuk selalu bersyukur akan karunia-Mu di dalam rasio dan pengalaman. Amin.

Kategori
Bagikan
Artikel Lainnya
Lihat Artikel Lainnya
5 Orang Membaca