Bacaan: Lukas 6:27-38
Bacaan kita minggu ini masih kelanjutan dari khotbah Yesus di mana Ia menyampaikan tentang hidup yang diubahkan ketika terhubung dengan-Nya. Bedanya, minggu lalu hubungan kita dengan Tuhan berbicara tentang apa yang kita terima, namun minggu ini hubungan dengan Tuhan berbicara tentang apa yang bisa kita berikan. Menariknya Yesus menggunakan pola timbal balik untuk menyampaikan ajaran-Nya. Jangan salah paham dulu ya saudari/a, pada kenyataannya pola timbal balik memainkan peran besar untuk memotivasi seseorang dalam berperilaku. Maka Yesus berpesan agar kita memperlakukan orang lain seperti yang kita harapkan untuk kita terima dari mereka.
Tapi dalam prakteknya, seperti diuraikan dalam bacaan hari ini, kita itu cenderung berbuat baik karena termotivasi oleh keuntungan yang kita dapatkan dengan memberikan pertolongan. Maka tak heran banyak orang hanya mengasihi mereka yang mengasihinya, meminjamkan hanya kepada mereka yang nantinya bisa memberi pinjaman balik padanya, ataupun berbuat baik hanya kepada mereka yang bisa berbuat baik baginya di kemudian hari.
Sebenarnya Yesus memberi kita sebuah standar baru bagaimana cara hidup bersama orang lain.
Mari lihat kembali ayat 35 dan 36 yang menegaskan bahwa kita adalah anak-anak Tuhan, Bapa kita adalah penyayang maka kita diperintahkan untuk berbelas kasih seperti Dia. Di sini kita perlu mengingat belas kasih Tuhan itu tertuju bagi semua orang. Di mana pada kenyataanya semua orang itu berdosa. Dalam keberdosaannya banyak orang tak mengenal Tuhan, tak mau tahu dengan Tuhan, bahkan menolak Tuhan. Meski demikian, Tuhan tetap berbelas kasih, Ia menjumpai kita. Dia pribadi, bukan melalui kurir Ia menyampaikan paket belas kasih-Nya yang begitu besar. Maka Dia menantang kita bagaimana kita bisa mengasihi mereka yang bersikap jahat/ tidak baik/ tidak pantas/ melukai kita.
Ini sebuah standar yang tinggi? Oh ya! Tapi tidak mustahil, sebab pada ayat 37 dan 38 dijelaskan kembali kemampuan seseorang untuk mengasihi mereka yang jahat/ tidak baik/ melukai ini adalah arus keluar dari hubungan penuh belas kasihan dari Tuhan sebagai Bapa bagi kita anak-anak-Nya. Dengan memperlakukan orang lain sebagaimana Bapa kita yang Maha Penyayang telah memperlakukan kita, ini memperjelas status hubungan kita dengan Dia. Tidak mustahil bagi kita melakukannya karena kita sudah terlebih dulu dikasihi-Nya.
Untuk itu, teruslah memelihara hubungan dengan Tuhan, agar kita dapat membagikan sebuah cara hidup bersama orang lain yang berkualitas serta memiliki daya untuk memelihara kehidupan yang Tuhan percayakan secara meluas. Bila bagi kit acara hidup Bersama orang lain ini sudah sering kita dengar, kita gumulkan, Ah! mungkin ini saat yang tepat untuk melakukannya. Mari kita upayakan bersama! Tuhan memampukan. Amin.
Pdt. Yohanes Putra Pratama