KARENA IMAN
Dipublikasikan pada 07 Agustus 2022
4 min baca

Bacaan: IBRANI 11:1-3, 8-12, 17-19

Iman, imun, aman adalah tiga kata penting yang popular dimasa pandemi. Ketiga kata itu disebut sebagai tiga kunci atau tiga jurus yang menjadi solusi komprehensif terhindar covid-19. Ini menunjukkan bahwa iman selalu menjadi bagian yang amat penting dalam sejarah kehidupan, termasuk dalam kekinian kita. Iman merupakan “vaksin rohani” yang kita butuhkan, dan Tuhan sudah menyediakannya. Iman dikaruniakan Tuhan kepada kita (Ef 2:8-9), agar kita dapat percaya dan memercayakan diri kepada-Nya. Iman adalah perlengkapan atau senjata rohani yang dibutuhkan setiap orang percaya. “Dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api si jahat” (Ef.6:16). Iman berfungsi untuk melindungi diri agar kita dapat bertahan kalau musuh menyerang kita. Ia menjadi benteng pertahanan atau berfungsi seperti vaksin yang memberi kekebalan atau daya tahan dalam kehidupan kita.

Apa itu iman? Kamus mendefinisikan iman sebagai “kepercayaan dan pengabdian kepada Allah”. Alkitab berbicara banyak tentang iman dan menyatakan betapa pentingnya hal itu. Bahkan, hal tersebut sangat penting sehingga tanpa iman kita tidak mungkin memiliki tempat bersama-sama dengan Allah. Mustahil bagi kita untuk menyenangkan-Nya (Ibr.11:6). Iman adalah keyakinan seseorang kepada satu-satunya Allah yang benar, besar dan sejati. Iman adalah suatu keyakinan sentral yang diajarkan oleh Yesus sendiri dalam kaitannya dengan Injil (kabar baik) dan perjanjian Allah. Iman merupakan suatu tindakan percaya dan penyangkalan diri sehingga orang tidak lagi mengandalkan kebijaksanaan dan kekuatannya sendiri tetapi melekatkan diri pada kuasa dan perkataan Tuhan yang ia percayai.

Rumusan biblika dalam Ibrani 11:1 menyatakan “Iman (pistis) adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat”. Inilah yang membuat Ibrani 11 dikenal sebagai “pasal iman”, karena di dalamnya dijelaskan berbagai perbuatan besar yang lahir dari iman. Ada banyak saksi iman yang menghidupi rumusan iman tersebut: Habel, Henokh, Nuh, Abraham, Ishak, Yakub, Musa, Rahab dll. Kitab Ibrani menarasikan kisah mereka dengan penekanan bahwa semua yang mereka lakukan, semua terjadi karena iman. Artinya, iman adalah dasar dari semuanya. Sebab itu, tentang Abraham dituliskan: “Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui. Sebab ia menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah” (Ibr.11:8,10). “Karena iman ia juga dan Sara beroleh kekuatan untuk menurunkan anak cucu, walaupun usianya sudah lewat, karena ia menganggap Dia yang memberikan janji itu setia. Itulah sebabnya, maka dari satu orang, malahan orang yang telah mati pucuk, terpancar keturunan besar, seperti bintang di langit dan seperti pasir di laut, yang tidak terhitung banyaknya” (Ibr.11:11-12). “Karena iman, maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yng tunggal, walaupun kepadanya telah dikatakan: keturunan yang berasal dari Ishaklah yang akan disebut keturunanmu. Karena ia berpikir, bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang-orang sekalipun dari antara orang mati. Dan dari sana ia seakan-akan telah menerimanya kembali” (Ibr.11:17-19). Kata “karena iman”, yang diikuti dengan kata “sebab/karena” dengan kuat memperlihatkan iman sebagai dasar dari pengharapan. Oleh karena iman ada pengharapan.

Mengapa kita dikarunia iman? Allah merancang sebuah cara supaya kita dapat menjalani kehidupan yang kudus (berbeda), yakni hidup sebagai buatan Allah, yang diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Sederhananya, kita dikarunia iman untuk menyenangkan Tuhan melalui hidup berpengharapan, sesulit apa pun situasi dan kondisinya. Para saksi iman telah memberikan teladan atas hal ini. Iman harus menjadi dasar segala sesuatu yang kita lakukan, karena “Segala sesuatu yang tidak berdasarkan iman, adalah dosa” (Rm.14:23). Amin.

*Pdt. Setyahadi

Bagikan
Artikel Lainnya
Lihat Artikel Lainnya
20 Orang Membaca