SUKA DAN RELA
Dipublikasikan pada 30 Januari 2023
2 min baca

Bacaan: Filemon 1:1-25

... tetapi tanpa persetujuanmu, aku tidak mau berbuat sesuatu, supaya yang baik itu jangan engkau lakukan seolah-olah dengan paksa, melainkan dengan sukarela.

(Flm. 1:14)

Sewaktu kanak-kanak, untuk melakukan sesuatu yang baik dan benar kadang orang harus diiming-imingi dengan sesuatu yang menarik. Sebaliknya, supaya tidak melakukan hal yang buruk, orang harus ditakut-takuti. Ada carrot and stick, kata orang seberang. Ada hadiah (carrot) dan hukuman (stick). Lalu, kalau sudah dewasa, diharapkan semua dilakukan dengan suka dan rela.

Kepada Filemon dan jemaat yang bersama dengannya, Paulus meminta mereka untuk menjadi orang-orang yang dewasa dalam iman. Paulus memohon supaya mereka dapat menerima kembali Onesimus, orang yang dulu dianggap tidak berguna. Onesimus telah mengalami perkembangan dan perubahan yang hebat. Paulus pun yakin, Filemon dan jemaat yang ada bersamanya juga tumbuh dalam kedewasaan iman. Karena itu, walaupun Paulus memiliki posisi yang bisa memaksakan mereka untuk menerima Onesimus, tetapi ia tidak mau melakukannya. Paulus ingin penerimaan itu terjadi dengan suka dan rela, bukan karena paksaan. Kesukarelaan itu menjadi tanda dari kedewasaan iman.

Pengalaman Paulus, Onesimus, dan Filemon memberikan pembelajaran berharga. Dari Paulus kita belajar untuk tidak main kuasa. Dari Onesimus kita belajar bahwa perubahan adalah sebuah kemungkinan yang pasti. Dari Filemon kita belajar mengenai kesediaan merangkul kembali. Dari mereka, kita belajar untuk bertindak dengan sukarela. Tak perlu pakai carrot and stick. Cukup suka dan rela.

REFLEKSI:

Karena suka, apa pun kita akan kerjakan dengan penuh semangat.

Karena rela, kita tidak akan mengharap pahala.

Kategori
Bagikan
Artikel Lainnya
Lihat Artikel Lainnya
5 Orang Membaca