MEMILIH MENDENGARKAN DIA
Dipublikasikan pada 19 Februari 2023
3 min baca

Bacaan: Matius 17:1-9

Minggu ini kita memperingati transfigurasi Yesus. “Transfigurasi” berarti perubahan bentuk/wajah/penampilan menjadi lebih mulia atau spiritual. Gambaran ini mengingatkan kita akan Musa yang wajahnya bercahaya setelah ia berbicara dengan Allah (Keluaran 34:29-30). Kalau Musa pun pernah mengalaminya, lalu apa istimewanya transfigurasi Yesus? Berbeda dengan Musa yang menjadi lebih, Yesus berubah rupa bukan karena sudah mencapai level kemuliaan tertentu, melainkan karena diriNya sebenarnya adalah Sang Mahamulia (/transfigurasi adalah penegasan identitas Yesus Kristus). Selama ini Yesus Kristus tidak mengekspos kemuliaanNya kepada publik. Para murid pun baru sadar betul saat transfigurasi terjadi. Nyatalah bahwa Yesus bukan sekedar guru agama. Yesus figur besar sekelas Musa dan Elia, bahkan lebih lagi Dialah Anak Allah yang diperkenan Bapa!

Mengutip dari Selisip.com (media online GKI SW Jawa Barat), momen ini termasuk salah satu peristiwa yang dirayakan dalam kalender liturgi gereja. Bahkan dalam tradisi yang lebih kuno, ini menjadi salah satu hari raya besar Kristiani selain Paskah, Natal dan Pentakosta. Mulanya, Hari Raya Transfigurasi lazim dirayakan di Gereja-gereja Timur pada tanggal 6 Agustus. Ketetapan ini diduga erat kaitannya dengan penahbisan gereja di Gunung Tabor, yang secara tradisi dipercaya sebagai tempat berlangsungnya peristiwa ini.

Di Gereja Barat, perayaan itu menjadi semakin umum semenjak ketetapan Paus Calixtus III, yang merayakannya pada tanggal 6 Agustus, sebagai ucapan syukur setelah kemenangan umat Kristiani di Pertempuran Belgrade (1456).

Meski demikian, dalam perkembangan berikutnya di Gereja Katolik, momen ini lebih banyak dirayakan dalam Minggu Transfigurasi, yang ditetapkan pada minggu kedua pra-Paskah. Ini merupakan bentuk penekanan bahwa peristiwa Transfigurasi menguatkan para murid, yang membekali mereka dengan pengalaman ilahi mendahului Kebangkitan dan Pentakosta.

Dalam kalender yang lebih baru di gereja-gereja Protestan, umumnya Minggu Transfigurasi dirayakan pada minggu terakhir setelah Epifani. Jadi perayaannya jatuh sebelum Rabu Abu.

Peringatan akan peristiwa transfigurasi ini mengingatkan kita akan identitas dan kuasa Yesus Kristus. Selain itu, peristiwa ini juga mengundang kita untuk merespons kehadiran Sang Mahamulia dengan jalan memilih untuk mendengarkan Dia! Mendengar yang dimaksud di sini tentu dengan perhatian penuh yang disertai dengan komitmen untuk melakukan perintah yang disampaikan. Sebab Kristus ingin agar kita sungguh-sungguh pahami dengan utuh rencana dan kehendak-Nya sebelum bertindak, berucap, dan berencana. Itulah mengapa Yesus melarang menceritakan peristiwa itu kepada siapa pun sebelum Anak Manusia itu dibangkitkan dari antara orang mati.

Bila kita terburu-buru, bukan tidak mungkin kita salah bertindak, berucap, dan berencana. Yesus pun tidak ingin kita mencomot bagian-bagian tertentu saja yang dapat menyenangkan hati kita. Mendengarkan berarti memberi diri untuk menyimak, membuka hati dan siap memperbaiki fokus dan tujuan yang keliru dalam diri kita. Percayalah, dengan memilih untuk mendengarkan Dia, kita akan mengerti dengan utuh apa yang dilakukan-Nya untuk kita, untuk semua orang berdosa dan untuk dunia yang dikasihi-Nya!

Bagikan
Artikel Lainnya
Lihat Artikel Lainnya
19 Orang Membaca