HIKMAT DI DALAM KETEKUNAN
Dipublikasikan pada 13 Februari 2023
2 min baca

Bacaan: Yakobus 1:2-8

... orang yang mendua hati tidak akan tenang dalam hidupnya. (Yak. 1:8)

Penulis Surat Yakobus membuka surat ini dengan kalimat kontroversial. “Anggaplah kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan,” tulisnya. Alih-alih menafikan pencobaan, penulis Surat Yakobus melihat pencobaan adalah metode, sarana, atau laksana ujian iman untuk menjadi matang. Yang lulus melewatinya akan memperoleh ketekunan.

Kesulitan memahami ajaran ini adalah pada pola pikir penulis surat. Bukankah dalam Doa Bapa Kami tertulis: “Janganlah membawa kami ke dalam pencobaan?” Bukankah normal jika manusia menolak dan menghindari pencobaan? Umumnya, seseorang menjadi hancur karena pencobaan. Banyak teman dan saudara yang pergi meninggalkan apabila melihat kita jatuh ke dalam pencobaan. Pencobaan dalam nas ini adalah pengalaman buruk, semisal: bujuk rayu, berselingkuh, bermain kotor, memanipulasi, tipu daya, berbuat curang. Pengalaman buruk tersebut membawa kenikmatan dan membuat seseorang terlena sehingga biasanya yang mengalaminya tak menyadari pengalaman buruk itu. Ketika sadar, ia sudah berada di dalam “jurang” kehancuran. Telat! Keluarga tercerai-berai, orang sudah tidak percaya lagi, dikejar-kejar hukuman.

Karena pengalaman buruk yang mencandukan itu, firman Tuhan menasihati: Mintalah hikmat kepada Tuhan. Hikmat atau akal budi menetapkan jalan kita sehingga tidak mendua hati. Pilihan kita mencabang antara kenikmatan semu dan usaha bersakit-sakit dalam memperjuangkan kemurnian.

DOA:

Ingatkan dan buatlah saya selalu sadar diri karena berjalan di titian penuh cobaan. Amin.

Kategori
Bagikan
Artikel Lainnya
Lihat Artikel Lainnya
6 Orang Membaca