Tema kebaktian Jemaat Emaus (baca: GKI Emaus) hari ini, bagi saya, unik dan kreatif. Di Kebaktian pukul 06.30 kita berbicara "Meretas Koinonia Persahabatan" sebagai tema bersama dalam TPMSW GKI SW Jawa Timur. Kebaktian pukul 09.00 kita mengadakan kebaktian intergenerasi dengan tema "Senang di Rumah Tuhan" Dua rumusan tema tersebut, bila dibaca sekilas terkesan berbeda tetapi (sesungguhnya) memiliki benang merah yang kuat.
Terminologi 'persekutuan' dan 'persahabatan' memiliki keterkaitan yang erat satu sama lain. Dalam konteks kehidupan menggereja, dalam persekutuan ada persahabatan di antara individu-individu yang sedia mengikatkan sekaligus melibatkan diri pada persekutuan tersebut. Jika diluaskan cakupannya, dalam persahabatan pun muncul kesediaan hidup dalam persekutuan. Sejatinya, kata koinonia yang diterjemahkan sebagai persekutuan itu, diterjemahkan dengan 'persekutuan' atau 'persaudaraan', dan digunakan sedemikian rupa untuk hubungan umat Kristen. Namun, ada pula hubungan antara orang-orang percaya dengan Kristus melalui 'Perjamuan Kudus', sebagai kebersamaan umat Kristen untuk ikut ambil bagian dalam tubuh dan darah Kristus (1Kor. 10: 16) serta dalam Roh Kudus (2Kor. 13:13).
Bacaan Kebaktian intergenerasi, Lukas 2:41-52, mengajak kita memahami arti hidup bersekutu dalam rengkuhan cinta Sang Ilahi. Perkataan Yesus, "Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?" (Luk. 2:49), menyiratkan hidup persekutuan dengan Allah Trinitas menjadi keniscayaan yang harus kita usahakan serta pelihara di sepanjang kehidupan. Saat Yusuf dan Maria cemas mencari-Nya dan pertanyaan di atas membuat Yusuf maupun Maria tidak mengerti, sebenarnya menjadi nasehat Yesus bahwa hidup persekutuan dengan Allah itu penting. Kalimat "... berada di dalam rumah Bapa-Ku ..." dapat dipahami dalam dua sisi. Sisi pertama, kehidupan persekutuan kita secara personal dengan Allah dalam spiritualitas sehari-hari. Hal ini kita wujudkan dalam kesediaan untuk menghidupi kebenaran Firman-Nya, menyelaraskan hidup kita dengan kehendak-Nya, dan mewujudkan teladan kasih yang Ia ajarkan dalam tutur kata serta tindakan. Sisi yang kedua, kesediaan kita mengakrabkan diri dalam hidup persekutuan dengan sesama. Untuk dapat mewujudkannya, sisi pertama harus kita tumbuhkan dengan kuat, karena keakraban persekutuan dengan Allah memampukan kita menerjemahkan nilai-nilai kebenaran-kasih dalam persekutuan (dan persahabatan) dengan sesama. Nilai-nilai itu adalah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. (Kol. 3:12) Dengan melaksanakan nilai-nilai kebenaran kasih Allah, maka kita pun siap untuk serius membangun kehidupan persekutuan dan persahabatan dengan sesama. Di sanalah, kita meyakini bahwa Allah-Sang Sumber Kasih- memelihara hidup persekutuan. Demikian dalam kehidupan bergereja, pemeliharaan Allah pun hadir dalam persekutuan yang senantiasa diperjuangkan oleh gereja. Fokus gereja adalah menjalankan misi Yesus, kesatuan umat agar mau hidup dalam kasih persaudaraan/persahabatan, bukan yang lain! (bd. Luk. 12:13-21) Sehingga, dengan persekutuan yang kuat (persekutuan intergenerasi), gereja mampu menjadi berkat dalam kasih persahabatan. Inilah benang merah persekutuan dan persahabatan dalam hidup sebagai umat Allah secara personal maupun komunal.
Untuk itu, dengan semangat GKI Emaus PEKA, mari kita mewujudkan kesediaan untuk hidup dalam koinonia persahabatan dengan cara:
1. dalam kehidupan internal berjemaat, kita bangun kehidupan menggereja yang gembira, agar umat intergenerasi gembira membangun hidup persekutuannya dengan Allah maupun sesama, bahkan gembira pula dalam melayani, dan
2. dalam konteks kehidupan GKI di semua lingkup, Sebagai sebuah persekutuan para sahabat, GKI dipanggil untuk menghidupi semangat kasih, berkarya bagi kesetaraan setiap saudara, dan berpartisipasi dalam pembangunan hidup bersama. Di lingkup GKI Sinode Wilayah Jawa Timur, melalui dukungan-dukungan nyata (doa, dana, peran aktif) dalam pelayanan kesehatan bagi masyarakat melalui Klinik Utama Waluyo Jati (Jalan Ambengan, Surabaya), juga pengembangan sekolah-sekolah milik Jemaat-Jemaat GKI di luar Surabaya.
Kiranya Allah, Sang Kasih dan Pemilik Kehidupan, menuntun tekad koinonia persahabatan kita dengan berkat-Nya. (Pdt. Virgo TSA)